Minggu, 21 Oktober 2012

MOTIVASI KEHIDUPAN


Jangan pernah tinggalkan doa dalam keseharianmu.
Tentang apa yang benar-benar kamu keluhkan dan kamu upayakan.
Jangan pula kamu menyerah sebelum ada kesudahan yang baik bagimu.
Dan yakinlah tuhan itu tak akan berpaling dari kesukaranmu.

BILA NANTI AKU SUDAH TUA


Bila nanti aku sudah tua.
Mungkin tiada lagi senyum jelita.
Yang dulu kau nanti di depan pagar rumahku.
Kala kau menjemputku bila kita hendak berjalan ke kota.

Bila nanti aku sudah tua.
Mungkin teman-temanmu tak lagi bilang,
Kalau kekasihmu ini cantik.
Kala aku duduk menemanimu
Bercengkrama ria di kafe pinggir jalan.

Bila nanti aku sudah tua.
Mungkin rambutku akan memutih.
Padahal kau suka sekali geriknya di bawah matahari.
Kala ia menari riang menemani langkahku sepanjang taman.

Ya sayang, aku akan tua.
Lalu sebatas apa kau kagum padaku?
Bila nanti aku akan tua.
Apa yang akan kau cintai dari diriku?
Jangan lah cintamu menjadi temporal.

Jangan kau lihat aku.
Lihatlah cinta yang ku simpan di hatiku.
Bila kau mampu.
Bahwa aku tidak pernah ingin berhenti mencintaimu.

Setiap laku dan senyummu.
Tawa dan candamu yang lucu.
Aku suka.

Walau nanti kau tua.
Tapi cintaku tak akan pernah tua dan mati
Padamu…

YANG TERLUKA


Saat kau pandang pelangi itu.
Ia mulai berembun, hingga kau jenuh.
Saat warnanya mulai memudar.
Kau hentakkan langkah mulai berpaling darinya.

Lalu angin meniupkan kabut.
Menyapu awan-awan berarak riang di atas kepala.
Seketika kau dapat melihat matahari.
Menyembunyikan pelangi yang malu.
Saat takhtanya tak seindah matahari.

Ia akan pergi saat sore mulai menjadi tua.
Semakin tua, ketika semburat mega mentari
Lebih indah darinya.

Ada yang terluka, ada yang kecewa.
Kau tanya pada langit, biar dia berkata.
Bahwa kau selalu mencari yang lebih indah.
Lebih benderang.
Kau redupkan harapannya.
Lalu menjadi mati.

Kau selalu begitu,
Menampar asa-asa yang mulai bercahaya.
Di sela-sela senyum yang kau anggap tak pantas.
Lalu dia akan menangisinya.
Bila mana dia letih,
Dia tidak akan berupaya lagi.
Padahal kau tak kunjung ingin berpaling padanya…

PERSIMPANGAN CINTA


Kita hanya duduk menatap sore.
Merangkai embun-embun langit.
Hingga kemudian menjadi awan menaungi.
Yang melayang melawan matahari.
Yang cahayanya menyayat hati.

Elang berjaya di panggung mega.
Senja merona menampung cahaya.
Tapi aku tiada arah di kepala.
Sampai kapan kita diam dalam duka?

Ruang di hati ku bersekat fana.
Tiada pandangan bertumpu arah.
Tiada celah lagi yang bisa ku sembunyikan.

Aku tetap diam.
Melawan batasan hati.
Kita hanya menangisi kehampaan.

Terlalu lepas untuk sebuah pilihan.
Tapi membelenggu jiwa.
Udara pun terasa kosong.

Kita tak akan bicara.
Walau kita merasakan rindu.
Kesendirian itu akan menyakiti.
Seperti bersama yang akan terus melukai…

SAJAK SESUDAH MATI

Kupetik daun-daun senja yang menua,
Yang akan gugur di atas sungai kehidupan.
Ada kala harapan berbuah busuk.
Digerogoti malang sebelum sempurna.

Aku berjalan sendiri memeluk kesepian.
Aku terus pergi melewati kekecewaan.
Asaku menguap di sela-sela udara pesakitan.
Yang melukai wajah,
Dan berdarah.

Aku tertatih-tatih di tengah jalan.
Menuju padang gersang.
Angin menerbangkan pasir.
Hingga nafas kupaksakan ke luar.

Menutup malam di penghujung angan.
Aku terbang di samping bintang.
Melesat menyingkirkan awan hitam.
Duduk di pangkuan bulan
Entah bagaimana aku di sini.

Ada yang menjemput matiku.
Sebelum aku sadari.
Melepas sakit di ubun-ubun.
Ketika aku membuka mata.
Aku berdiri di takhta langit berpaling dari dunia.

Entah ke mana aku di campakkan.
Ada surga berbau mawar.
Di dalamnnya duduk para raja.
Bersulang dengan gelas-gelas anggur di perjamuan terbuka.
Tanahnya putih, menyenangkan.
Bersama bunga yang menawan hati kupu-kupu ria.
Tiada malam, tiada pagi.
Mereka bersuka ria di taman yang gemerlap dan riuh rendah.

Ada neraka berbau darah.
Anyir mengudara di lepaskan nanah,
Yang mengalir dari air mata yang terluka.
Di dalamnya berteriak jiwa-jiwa pendosa.
Dipukul, dan dihempaskan.
Bilamana ia ingin mati, ia tidak ada kuasa lagi.
Sementara api menyelimuti dagingnya panas sekali.
Hingga tulang-tulangnya mencair.

Aku terduduk di ujung persimpangan.
Tiada tau hendak mengapa.
Hanya menangisi dosa seumur dunia…