Minggu, 21 Oktober 2012

KUCERITAKAN TENTANG SEPI


Apa yang kau katakana hanyalah angin yang berlalu dengan desahnya.
Setelah kau tinggalkan…

Tau kah kau, dalam luka dan himpitan pun.
Aku tetap menatap jalan berbatu.
Menunggu hal yg menjemukan.
Apa nanti kau kembali?
Sebelum daun kering terakhir,
Yang menggantung di asaku akan gugur.
Hingga aku tak ada harapan lagi.

Tak ada yang sepertimu, mereka bukan kau,
Yang mampu memandang dan menjadi aku.
Aku beranjak pergi ke tepian.
Hingga tak ada yang mampu menarikku lagi.

Aku dalam keterpurukkan, di saat semua mendesak.
Aku ingin lari, tapi dikejar lagi.
Hingga nafasku hanya terlepas satu,
Kemudian menjadi lebih sesak,
Tapi tetap akan ku paksakan untuk menahan sakit ini.

Aku semakin tua.
Walau ragaku masih muda belia.
Telah bertahun aku menjadi sepi,
Lelah bertambah lelah,
Di suatu masa aku kesepian.
Di lain hari aku dihantui kenyataan.
Aku mulai gila dan paranoid.
Semua menjadi imajinasi menakutkan.
Dan fatamorgana menyenangkan.

Karena sendiri itu tidak pernah menyenangkan.
Dan kau tak pernah tau.
Aku bukan rapuh, tapi hanya mampu berlari dari kenyataan.
Pada pelarian yang menyedihkan.
Entah mana yang aku pilih.
Yang mana yang lebih menyakitkan untuk ditinggalkan?
Seakan tak ada celah lagi.
Hingga aku tak memiliki ruang dalam hidupku sendiri.

Aku membunuh diriku sendiri perlahan,
tak aku sadari.
Mungkinkah ada yang lebih baik dari ini?
Adakah malaikatmu akan membagi kebahagiaan padaku.
Yang tak cukup baik, menyerah pada luka.
Ku pejamkan mata menanti …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar